Selasa, 04 Juni 2013

"Sekarang sudah menjadi Malaikat di Surga"

Sabtu, 25 Mei 2013... ada yang tidak biasa... sudah 5 hari terlambat dari jadwal haid seharusnya. Ada perasaan senangm deg-degan dan tidak sabar untuk membeli testpack dan cek apakah benar yang dinanti-nanti beneran hadir.
Sabtu pagi itu juga 2 berita duka datang, dari seorang rekan kantor, dan seorang saudara di Bandung.

Entah kenapa, padahal rekan kantor bukan orang yang kami kenal baik dan dekat dari sekian ribu orang di tempat kami, suami istri bekerja. Pak Marmin, bagian GA di kantor, pernah bantu kami untuk benahin listrik di rumah baru kami tahun 2004 dulu.
Pertama kali melayat dengan perasaan benar-benar menyakitkan, melihat kehisterisan istri almarhum mengantar jenazah suaminya. Jujur biasanya melayat begitu 80% mungkin formalitas saja.

Jalanan yang macet, tugas belanja dapur yang tidak bisa dihindari, sampai ke rumah sore, dan teringat untuk beli test pack. Malam ini juga waktu mandi saya test... positif, dua strip muncul walaupun samar. Belum berani cerita tegas ke suami, kepikiran kondisinya yang baru saja 2 bulan lalu kateterisasi jantung. Cuma bilang, kayaknya saya hamil. Tanggapannya  langsung penolakan :( dengan alasan apakah akan jadi bagus karena banyaknya obat yang dia makan, apakah tidak akan berat untuk membesarkannya nanti, ingat loh biaya kuliah dan 10 tahun aku pensiun

Suamiku oh suamiku, waktu saya bilang, ya gak apa-apa dong, Papa pensiun, saya masih kerja 10 tahun lagi kan. Jawabnya "iya si, tapi aku gak mau kamu terbeban untuk mencari nafkah besarin anak, bukan soal sekarangnya, tapi nantinya, untuk kuliahnya, lebih baik kita fokus dengan Dhitto & Dhitta saja. Dhitto masuk kuliah saja aku sudah pensiun, tapi pasti aku sanggup siapin semuanya"
Teringat juga gimana perasaan dari awal terdeteksinya penyumbatan jantung suami sampai proses kateterisasi... ada rasa takut...

Minggu, 26 Mei 2013, pagi hari, setelah semalaman tidak bisa tidur, test ulang, dan POSITIF, tetap 2 garis muncul.
Suami tetap condong untuk tidak diteruskan saja kehamilan ini. Tapi gimana? Mau digugurkan? Tidak pernah terpikir akhirnya harus sampai ke pilihan yang selama ini dapat doktrin dari agama kalau itu benar-benar tidak dibenarkan.

Senin, 27 Mei 2013, akhirnya cerita ke Nyokap. Tanggapannya, ya coba dipikirkan suamimu saja, jangan sampai dia stress karena mikirin tanggung jawab untuk besarin anak lagi...

Mulai cari informasi dokter dari seorang teman yang biasanya "mau" membantu untuk tindakan aborsi ini... duh kata aborsi itu, benar-benar saya takut sendiri bahkan untuk menuliskannya saat ini. Dapat referensi dokter terkenal dan lokasi kliniknya. Jadwal praktek hari Rabu.

Suamiku oh suamiku, ketertutupannya bahkan ke dirinya sendiri, itu yang bikin saya benar-benar bingung. 
Keputusan harus segera diambil sebelum usia kandungan lebih besar lagi kan. Harusnya sudah jalan minggu ke-4 pada minggu ini.

Selasa, 28 Mei 2013, coba curhat dan minta saran atau referensi dokter dari kakak sepupu yang dokter juga. Tanggapannya adalah membesarkan hati, supaya tetap diteruskan, dengan keyakinan, kalau dikasih, pasti sudah disiapkan jalan untuk ke depannya.
Siang dengan perasaan tidak jelas, ke RS di dekat kantor. Dokter tidak terlalu memperhatikan penjelasan saya tentang tanggal terakhir haid. Langsung di USG dan dengan mantapnya dokter bilang "yap, positif hamil, ini ada, ukuran segini masih kecil sekali, 1 minggu"
Setelah itu duduk di meja konsultasi baru dia catat tanggal terakhir haid sambil tulis resep, kelihatan ada keraguan jadinya "yaaaa kurang lebih 2-3 minggu deh" setelah coret-coretan beliau dari tanggalan harusnya sudah 4 minggu.

Sore itu, tetap tidak ada perubahan dari suami, cuma minta, "Maafkan Mama ya Nak... maafkan Mama"

Rabu, 29 Mei 2013, pagi hari bangun dengan sakit karena kram perut. Tiba-tiba suami bilang "kalau kamu kuat nerusin hamilnya, ya sudah diteruskan saja, cuma kita harus komitmen dan diet dari sekarang, jadi bisa siapin untuk pendidikannya ya... " 
Loh kok tiba-tiba berubah pikiran?
"iya tadi malam aku kebangun-bangun terus, sepertinya anak ini bangunin aku terus"

Senang, senang, senang sekali... tapi ingat obrolan sama Nyokap, apa saya tega sama suami saya??? Ya sudah lah, tetap saya sore ini pun sudah janji dengan dokter.

Siang pergi menuju kantor suami, karena klinik dokter dekat kantor suami.

Nyokap dan teman yang kasih referensi ke dokter ini minta saya nunggu sambil berdoa, supaya diberikan jalan yang terbaik. Nyokap nyampein pesan dari adik bungsu, terusin aja kehamilannya, nanti Vava yang biayain sekolahnya....

Terima kasih Bapa, terima kasih, buat Suami yang duduk di sebelah saya, dengan perasaan yang pastinya tidak tenang juga, buat keluarga yang selalu sayang dan mendukung, buat semuanya, yang walaupun jauh tapi saya yakin dia memikirkan...

Masuk ke ruang praktek, ditanya ada masalah apa. Saya jelaskan saya terakhir haid kapan, dan hasil tespack sudah positif.
Penjelasan awal dokter, kehamilan yang baik ada 3 syarat:
1. ada kantong hamil, tempat janin itu tumbuh
2. ada "kuning telur" untuk makanan janin selama 3 bulan pertama
3. ada detak jantung, ini bisa terdeteksi di usia kandungan 3-4 minggu seperti saya saat ini dengan USG transvaginal, tapi baru bisa terdeteksi 3-4 minggu kemudian dengan USG perut

USG, transvaginal: "ya, Nyonya 100% hamil, ada kantong hamil, peranakan kiri bersih, kanan bersih, tidak ada kista, tidak ada tumor, tapi ini ukuran kantong hamil terlalu kecil untuk usia 4 minggu. Ukuran ini seperti kehamilan 1 minggu. Dan kantong hamilnya, cuma ada 1 lapisan, seharusnya ada 2 lapisan, lapisan ibu dan lapisan bayi. Nyonya hanya punya 2 lapisan, lapisan ibu saja. Jantung juga belum terdeteksi"

Kembali ke meja konsultasi, menurut Dokter, kehamilan ini bisa saja diteruskan, dengan obat "khusus" (kok bunyinya seperti "mahal" buat saya) tapi juga hasilnya hmm.... ada nada sangat pesimis dari dokter karena lapisan bayi kantong hamil itu yang tidak ada.

Berpandangan dengan suami, akhirnya bilang ke Pak Dokter sebenarnya juga kami ragu, dengan kondisi kesehatan suami. Dan Dokter pun langsung memberi jadwal untuk kuret hari Sabtu, 1 Juni 2013. Ibu datang di sini jam 3 sore, terakhir makan dan minum pukul 10 pagi.

Entah, entah lega, entah sedih, entah takut, entah... semuanya gak jelas... sudah gak bisa makan 3 hari ini dan sepulang dari dokter baru berasa capek dan lapar. Cuma kepikir, ya sudahlah, bagus masih ada waktu sampai dengan Sabtu. Kamis dan Jumat ada agenda penting di kantor. Sepertinya itu untuk sebentar menghilangkan beban pikiran dan coba gak mikirin lagi sikap apa yang harus diambil.

Sabtu, 1 Juni 2013, akhirnya hari itu datang juga. Pagi kami masih sempat bawa Dhitto ke dokter anak untuk konsultasi perkembangannya saja. Jam 10 sambil nunggu dokter anak, makan nasi bawa dari rumah, coba makan untuk siapkan tenaga, akhirnya malahan setengah lebih dimakan Dhitto dan Dhitta.
Masih ada waktu 1-2 jam sebelum harus berangkat ke dokter, coba rebahan, coba tidur karena sudah seminggu ini tidak nyenyak, yang ada perasaan sesak, gak pingin nangis tapi kok kayak keran air mata jebol, gak tau apa yang harus ditangisi.

Dokter terlambat satu setengah jam. Suster minta saya supaya BAK dulu, lalu ikut ke ruang tindakan di atas. Suami tidak boleh ikut, tunggu di bawah. 
Paling ngeri dari dulu walaupun sudah punya anak 2, tiduran di kursi dengan penyangga kaki untuk periksa dalam itu. Suster minta saya buka celana, tiduran di situ, mengatur posisi, rok dibuka dan kaki langsung diikat!!! 
Oh Bapa... mau diapain saya?

Takut, bingung, mau minta supaya boleh panggil suami untuk menemani, tapi lidah kelu. Butuh seseorang untuk pegang tangan saya saja dan bilang tidak akan apa-apa.
Dokter masuk ruang tindakan. Beri tahu nanti Nyonya boleh aktifitas biasa, jangan kerja berat, minggu depan kontrol. Sekarang dibius total, Nyonya kalau mengantuk tidur saja.
Tidak sampai satu menit setelah disuntik. Plafon di atas saya seperti berputar, rasa kalau kedua tangan saya pun akhirnya diikat, pingin teriak takut. 

Gelap....

Seperti ada yang membangunkan, tapi badan masih tidak bisa bergerak. Sudah ada di tempat tidur biasa, saya pegang perut yang sudah lembek lagi isinya, rok dan daleman sudah terpasang rapi dengan pembalut. 
Cuma terlintas sekejap: "sudah selesai, sudah tidak ada"

Suster membawakan teh manis sambil mengantar suami saya dan beri tahu sudah boleh pulang kalau bisa bangun. Lihat jam, persis 2 jam dari waktu saya disuntik.
Cuma cari penghiburan saja, minta makan Ramen di tempat baru buka itu, dengan harapan bisa ngurangin pusing dan mual dengan kuah panasnya. Setengah porsi masuk dengan rasa mual amat sangat.
Seperti zombie, berasa seperti zombie, tidak ada perasaan apa-apa...

Minggu, 2 Juni 2013, bangun tidur masih dengan pusing. Anak-anak dan suami ke gereja. Coba bangun dan bikin kue buat anak-anak, lanjut tidur lagi, mungkin efek obat bius...
masih berasa seperti zombie, tidak ada perasaan...

Senin, 3 Juni 2013, andai bisa cerita, apa saja yang terjadi di hari kemarin. Malam sampai rumah, cape, cape banget, 
BBM dari seorang teman yang saya kasih tau kenapa gak bisa ikut acara keluar kota minggu depan:
"Pasrahkan sj anak yg tdk jd dtg ke pd Tuhan kalo mmg itu sdh jalan nya Bu , doakan sj spy saat ini sdh menjadi malaikat di Surga ya"

Kata-kata itu betul-betuk bikin air mata keluar terus...ketiduran dan.... ada anak perempuan kecil di pinggir ranjang yang panggil panggil "Mama Mama..."
pingin ambil dia dan peluk, tapi badan gak bisa gerak
Suami masuk dan pakaikan selimut, saya cuma bisa bilang "Pa, anaknya perempuan"
Pelukan yang menyesakkan, sebelum akhirnya ketiduran lagi sambil nangis..

Selasa, 4 Juni 2013, ternyata, obat bius itu mematikan perasaan juga mungkin ya, hari ini baru fisik dan pikiran mulai normal, mulai perasaan menyesakkan itu datang...

Ya Bapa... saya tetap yakin, perasaan sayang itu datang dari padaMu, dan tidak akan menyakiti semua orang... kalau memang ini jalanMu, biarkan malaikat itu menemani saya terus untuk selamanya... berikan kami semua jalan yang paling baik, berikan keberanian dan kebesaran hati seperti Ibu Maria yang dengan ikhlasnya mengikuti semua rencanaMu walaupun menyakitkan... berikan kebesaran hati untuk menerima semua kondisi dan keterbatasan yang ada dan berusaha memberikan yang terbaik dengan semua keterbatasan yang ada....








1 komentar:

  1. Sus, g nangis berderai2 baca ini. Jadi ingat anak g yg pertama yang juga meninggal sesaat setelah lahir. Dan sama kejadiannya seperti yang lu alami. G tidur dan ada suara anak kecil ketawa2 main2 di sekeliling ranjang tapi g ga bisa gerak ga bisa buka mata... anak kita sudah jadi malaikat di surga, g yakin sekali....
    Mungkin sebelum pergi, mereka pamit dulu ya sama Mamanya...
    Mereka sudah tenang di sana.... nanti kita semua berkumpul lagi... semoga demikian.. Amin. GOD BLESS...

    BalasHapus