Selasa, 08 September 2015

Sebenarnya bisa kok pakai mobil bagus.....

Sudah lama gak terlalu ngikutin berita selain berita di situs berita online aja dan itupun kebanyakan cuma dibaca judulnya.
Timeline juga jarang banget dibaca semenjak libur panjang kemarin, gak tau deh kayaknya ribet banget aja semenjak liburan kemarin. Efek pindah tempat baru juga jadi rasanya belum stabil #alesan.
Gak terlalu inget juga di mana lihat ada ulasan Museum Perumusan Naskah Proklamasi, terus kemarin pergi survey lokasi, teman kantor bawa tabloid entertainment gitu, dan ada ulasan pembuatan film Jendral Soedirman. Wah, kacau, beneran kudet sekarang.

Akhirnya ada juga ni waktunya. Minggu, 06 September 2015, anak-anak ujian piano. Cuma sebentar kan ujian pianonya, pagi juga, jadi bisa kayanya kita mampir sebentar ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Dhitto mah udah semangat aja : asikkk aku lagi belajar tu tentang kemerdekaan dan proklamasi.

Anak-anak tambah gede ya, tambah dewasa, tambah mikir maksudnya :)) 
Ujian tahun kemarin kayaknya mereka santai-santai aja, masuk ruangan ujian tanpa beban. Tahun ini sudah lebih mikir, lebih khawatir, dan keluar ruangan ujian dengan tangan yang dingin banget. Semoga baik hasil ujiannya ya....





Lanjut langsung ke Museum, gak susah nyarinya, sudah ada di Waze kok langsung lokasinya, jadi gak usah nyusurin jalan cari satu-satu. Alamatnya di Jl. Imam Bonjol no 1, persis sebelah Gereja GPIB, dekat Mesjid Sunda Kelapa.

Halaman parkir museum lumayan ramai. Ada acara pameran Soetardjo Kartohardikusumo, salah satu orang yang hadir pada malam persiapan naskah proklamasi pada 16-17 Agustus 2015. Sekaligus ada acara silaturahim anak-cucu-cicitnya juga info dari Pak penjaga museum.

Tiket masuk museum Rp 2.000 untuk dewasa dan Rp 1.000 untuk anak. Ya pasti komen Dhitta: waduh murah banget. Kami berempat dikasih tiket dengan total Rp 6.000 sampai gak tega untuk ambil kembaliannya. Anak-anak dikasih leaflet isinya tentang sejarah bangunan tersebut dan peristiwa tgl 16-17 Agustus 1945, satu orang satu leaflet dan satu komik "Bung Hatta, Bapak Ekonomi Kerakyatan" . 
Dan suasana museum juga terang, bersih, pendingin udara berfungsi dengan baik :)


Pak penjaga buku tamu langsung bertanya kepada anak-anak, sudah kelas berapa? Lagi belajar tentang proklamasi kan?? Kita nonton dulu saja supaya lebih mengerti isi museum ini apa saja ya. Kita setengah "digiring" gitu oleh Pak-nya ke ruang nonton di sebelah kanan. Ada pengunjung lain juga yang "digiring" masuk oleh Pak-nya itu. Dibanding jaman dulu kesannya penjaga museum itu cuma duduk ngantuk aja jaga tiket, lihat Pak ini, walaupun caranya agak gimana gitu mengarahkan anak-anak, seneng juga ya, kesannya beliau semangat menekankan bahwa museum dan isinya ini sangat berguna untuk anak-anak.

Masuk ke ruang film, ruangannya cukup nyaman. Ada kursi di pinggir dan karpet yang bersih bisa dipakai untuk duduk kalau ruangan penuh. AC juga dingin. Filmnya berisi penjelasan mengenai apa saja yang ada di museum itu. Lumayan jadi kita dapat penjelasan tentang museum. Luas tanahnya 3900 m2 lebih ya (^o^)


Setelah nonton film, baru mulai berkeliling museum. Karena sudah tau dari film, kami mulai dari ruang tamu tempat Laksamana Maeda menerima Soekarno-Hatta, lalu ke ruang tengah tempat perumusan naskah Proklamasi, lalu ke ruang pengetikan, dan terakhir di lantai 1, ruang depan tempat para tokoh-tokoh menunggu hasil.

Ruang tamu di mana Laks Maeda menerima Soekarno-Hatta
 
Meja tempat merumuskan naskah proklamasi: Soekarno-Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo



Ada beberapa layar sentuh yang berisi informasi: denah museum, sejarah kemerdekaan dari perang Pasifik sampai Agresi Militer 2, tokoh-tokoh yang hadir. Dan bagusnya, semua layar ini berfungsi dengan baik. Ada satu di ruang tamu, satu di ruang tengah, satu di ruang baca.


Di lantai 2 ada barang-barang peninggalan tokoh-tokoh tersebut dan biografi singkatnya. Anak-anak belum tertarik untuk baca satu per satu tokoh di panelnya. Cuma Soekarno dan Hatta saja yang mereka tertarik, dan o iya, sampa di museum kemarin kita belum kepikiran buat nonton film Soedirman sampai Dhitto nemu panel Soedirman dan bilang ada filmnya loh Ma.... iya ya...

Bosan dengan panel-panel itu, anak-anak minta turun ke ruang baca yang di film tadi kelihatannya menarik banget. Tapi komentar Dhitta lagi: tadi di film bukunya banyak, tapi kok aslinya dikit yaaa...






Masih penasaran, dan ini yang sangat memalukan buat saya si: anak-anak minta lanjut ke Pegangsaan Timur no 56 tempat dibacanya naskah proklamasi itu. Saya dan Papanya gak terlalu ngerti di mana itu Pegangsaan Timur 56, jadi kita nanya ke Pak nya itu dan dikasih tau udah jadi taman dan tugu saja, di sana tidak ada apa-apa. Kita sempet nyari ke sana pake nyari di Waze, ternyata tugunya itu kita selalu lewatin ya :)) oh itu beneran Tugu Proklamasi toh... 

Pak-nya ngasih tau kalau ada pameran tokoh, dan tokoh bulan ini adalah Soetardjo Kartohadikusumo. Kita diajak ke gedung kecil di samping gedung utama, diminta mengisi buku tamu, anak-anak dikasih pin. Di dalam informasinya ditulis di panel. Lumayannya ada TV juga yang memutar film, isinya Pak Soetardjo itu termasuk salah satu orang yang pergi ke Jepang untuk melihat pertanian di sana. Lumayan, anak-anak jadi anteng sebentar nonton TV, kami bisa baca-baca panel-panel itu.

Membaca panel biografi singkat para tokoh di lantai 2, dan cerita lebih lengkap perjuangan Pak Soetardjo ini, rasanya menggugah ya. Tahun segitu, fasilitas tidak segampang kita, informasi tidak semudah sekarang didapatnya, mereka benar-benar berjuang sepenuh hati, mengorbankan sampai harta pribadi ya... sekarang?? duh berita yang muncul bikin enek terus tiap hari (^,^)

Setelah lewatin Tugu Proklamasi, makan siang di kompleks Megaria situ. Rujaknya menarik bangetttt tapi kayaknya perut udah gak cukup. Coba lihat jadwal film Jendral Soedirman itu, masih lamat banget di Metropole situ, akhirnya kita memutuskan untuk balik ke Bekasi aja nonton di Bekasi.

Film Jendral Soedirman itu, menurut saya si kurang menggambarkan kehebatan koordinasi Jendral Soedirman dalam perang gerilya, tapi sangat berhasil bikin anak-anak merasakan susahnya mereka bergerilya. Kehujanan, naik turun gunung, kelaparan, dikejar dan nyaris mati. Semangat dan loyalitas berjuang itu berhasil bikin anak-anak yang walaupun hari itu sudah dari jam 6 pagi bangun siap-siap ujian, sampai sore di rumah habis nonton, semangat buat beresin PR dan belajar. Padahal biasanya kalau udah cape gitu ada aja ulahnya di rumah :)

Bangga banget nemu kata-kata ini buat anak-anak *kipas-kipas* waktu adegan terakhir Jendral Soedirman dijemput dengan mobil bagus: nah kan, lihat deh, Jendral Soedirman tu sebenarnya bisa kan gak usah susah, tetap di kota, pakai mobil bagus, tapi Pak Soedirman lebih memilih jalan kaki ke hutan untuk bergerilya demi mempertahankan tekadnya Indonesia merdeka 100%.
Dan saya selalu tidak akan pernah lupa sinar yang keluar dari mata anak-anak itu waktu dengar itu.
Semoga semangat itu selalu menyala ya... untuk kita semua berjuang di bidang masing-masing ya.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar